Model Etika dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etika Manajerial (Penulisan Etika Bisnis Materi 3) - 3EA01
TUGAS PENULISAN
ETIKA BISNIS
Model Etika dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etika Manajerial
DOSEN: DR. HERRY SUSSANTO, SE., MM.
DISUSUN OLEH:
NAILA KHAIRUNNISA (14217402)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku
etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan
hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu
sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik
bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain
bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku
yang baik, juga dalam konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
moral.
Etika
bisnis adalah bagian dari filsafat. Secara garis besar pengertian filsafat,
etika dan etika bisnis berhubungan erat satu sama lain. Filsafat dalam
arti luas adalah suatu usaha sistematis untuk memahami pengalaman manusia
secara pribadi dan kolektif/kelompok. Berbeda dengan teologi maka filsafat
menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman manusia dan bukan
mengandalkannya pada wahyu Ilahi.
Dalam
masyarakat, manusia mengadakan hubungan-hubungan antara lain hubungan
agama, keluarga, perdagangan, politik dan sebagainya. Sifat hubungan ini sangat
rumit dan coraknya berbagai ragam. Hubungan antara manusia ini sangat peka,
sebab sering dipengaruhi oleh emosi yang tidak rasional. Manusia selalu
berusaha agar tercapai kerukunan dan kebahagiaan di dalam suatu masyarakat.
Timbullah peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang kita sebut etik,
etika, norma, kaidah, tolak ukur.
Kebanyakan
orang tidak senantiasa sadar akan fungsi etika. Salah satu sebabnya, etika
menjadi bagian yang integral dari pribadi seseorang sehingga tidak lagi
dipersoalkan oleh yang bersangkutan. Artinya seseorang jarang sekali memikirkan
etika yang dimilikinya, kecuali bila ia merasa bahwa dalam hubungannya dengan
orang lain etika tersebut mendapat tantangan. Pada saat tertentu kita pasti
berhadapan dan berinteraksi dengan orang yang memiliki etika yang berbeda.
Sasaran
etika adalah moralitas (etika merupakan filsafat tentang moral). Moralitas
adalah istilah yang dipakai untuk mencakup praktek dan kegiatan yang membedakan
apa yang baik dan apa yang buruk, aturan-aturan yang mengendalikan kegiatan itu
dan nilai-nilai yang tersimbul di dalamnya yang dipelihara atau dijadikan
sasaran oleh kegiatan praktek tersebut.
Pembahasan
dibawah ini kita akan mempelajari sumber ilmu dari etika bisnis itu sendiri.
Dimulai dari model, sumber dan faktor yang mempengaruhi etika bisnis itu
sendiri. Dasar ilmu pengetahuan mengenai etika bisnis tidak datang begitu saja,
akan tetapi telah dikaji sebelumnya oleh para ahli dan kemudian dirumuskan
dasar dari ilmu itu sendiri. Dalam model etika bisnis akan dipelajari
tingkatan tingkatan dari suatu manajemen atau para manajer. Kita akan
mengetahui ciri – ciri dari tingkatan manajemen tersebut dimulai dari immoral,
amoral dan moral manajemen. Dari ketiga tingkatan itu dapat dijelaskan
tingkatan mana yang memiliki sikap etis terhadap bisnis yang dilakukan.
Kemudian
pembahasan berikutnya mengenai sumber nilai terhadap etika dalam berbisnis.
Dalam hal ini terdapat 4 pandangan yang dianggap sebagai sumber nilai-nilai
etika dalam komunitas serta dalam melakukan bisnis. Ketika melakukan suatu
usaha atau bisnis dengan etika yang baik, tentu saja ada faktor – faktor yang
dapat mempengaruhi etika kita sebagai pebisnis dalam melakukan bisnisnya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka kami
mendapatkan rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana Model Etika Dalam Bisnis?
2.
Bagaimana Sumber Nilai Etika?
3.
Bagaiman Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Etika Manajerial?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui
Model Etika
Dalam Bisnis
2. Mengetahui
Sumber Nilai
Etika
3. Mengetahui
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Etika Manajerial
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model
Etika Dalam Bisnis
Menurut Carrol dan Buchollz ada
3 tingkatan manajemen bila dilihat dari para pelaku bisnis :
2.1.1 Immoral
Manajemen
Immoral
manajemen merupakan tingkatan terendah dari model manajemen dalam menerapkan
prinsip-prinsip etika bisnis. Manajer yang memiliki manajemen tipe ini pada
umumnya sama sekali tidak mengindahkan apa yang dimaksud dengan moralitas, baik
dalam internal organisasinya maupun bagaimana dia menjalankan aktivitas
bisnisnya. Para pelaku bisnis yang tergolong pada tipe ini, biasanya
memanfaatkan kelemahan-kelemahan dan kelengahan-kelengahan dalam komunitas
untuk kepentingan dan keuntungan diri sendiri, baik secara individu atau
kelompok mereka. Kelompok manajemen ini selalu menghindari diri dari yang
disebut etika. Bahkan hukum dianggap sebagai batu sandungan dalam menjalankan
bisnisnya.
2.1.2 Amoral Manajemen
Tingkatan
kedua dalam aplikasi etika dan moralitas dalam manajemen adalah amoral
manajemen. Berbeda dengan immoral manajemen, manajer dengan tipe manajemen
seperti ini sebenarnya bukan tidak tahu sama sekali etika atau moralitas. Ada
dua jenis lain manajemen tipe amoral ini, yaitu Pertama, manajer yang tidak
sengaja berbuat amoral (unintentional amoral manager). Tipe ini adalah para
manajer yang dianggap kurang peka, bahwa dalam segala keputusan bisnis yang
diperbuat sebenarnya langsung atau tidak langsung akan memberikan efek pada
pihak lain. Oleh karena itu, mereka akan menjalankan bisnisnya tanpa memikirkan
apakah aktivitas bisnisnya sudah memiliki dimensi etika atau belum. Manajer
tipe ini mungkin saja punya niat baik, namun mereka tidak bisa melihat bahwa
keputusan dan aktivitas bisnis mereka apakah merugikan pihak lain atau tidak.
Tipikal manajer seperti ini biasanya lebih berorientasi hanya pada hukum yang
berlaku, dan menjadikan hukum sebagai pedoman dalam beraktivitas. Kedua,
tipe manajer yang sengaja berbuat amoral. Manajemen dengan pola ini sebenarnya
memahami ada aturan dan etika yang harus dijalankan, namun terkadang secara
sengaja melanggar etika tersebut berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bisnis
mereka, misalnya ingin melakukan efisiensi dan lain-lain. Namun manajer tipe
ini terkadang berpandangan bahwa etika hanya berlaku bagi kehidupan pribadi
kita, tidak untuk bisnis. Mereka percaya bahwa aktivitas bisnis berada di luar
dari pertimbangan-pertimbangan etika dan moralitas.
2.1.3 Moral
Manajemen
Tingkatan
tertinggi dari penerapan nilai-nilai etika atau moralitas dalam bisnis adalah
moral manajemen. Dalam moral manajemen, nilai-nilai etika dan moralitas
diletakkan pada level standar tertinggi dari segala bentuk prilaku dan
aktivitas bisnisnya. Manajer yang termasuk dalam tipe ini hanya menerima dan
mematuhi aturan-aturan yang berlaku namun juga terbiasa meletakkan
prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinannya. Seorang manajer yang termasuk
dalam tipe ini menginginkan keuntungan dalam bisnisnya, tapi hanya jika bisnis
yang dijalankannya secara legal dan juga tidak melanggar etika yang ada dalam
komunitas, seperti keadilan, kejujuran, dan semangat untuk mematuhi hukum yang
berlaku. Hukum bagi mereka dilihat sebagai minimum etika yang harus mereka
patuhi, sehingga aktifitas dan tujuan bisnisnya akan diarahkan untuk melebihi
dari apa yang disebut sebagai tuntutan hukum. Manajer yang bermoral selalu
melihat dan menggunakan prinsip-prinsip etika seperti, keadilan, kebenaran, dan
aturan-aturan emas (golden rule) sebagai pedoman dalam segala keputusan bisnis
yang diambilnya.
2.2 Sumber
Nilai Etika
Secara
garis besar dimanapun kita berada maka kita akan dihadapkan pada 4 hal yang
dipandang sebagai sumber nilai-nilai etika dalam komunitas serta dalam
melakukan bisnis, yaitu :
2.2.1 Agama
Etika
sebagai ajaran baik-buruk, salah-benar, atau ajaran tentang moral khususnya
dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi, bersumber terutama dari ajaran
agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan paham dalam ekonomi Barat menunjuk
pada kitab Injil (Bibble), dan etika ekonomi yahudi banyak menunjuk pada
Taurat. Demikian pula etika ekonomi Islam termuat dalam lebih dari seperlima
ayat-ayat yang muat dalam Al-Qur’an.
Dalam ajaran Islam, etika
bisnis dalam Islam menekakan pada empat hal Yaitu : Kesatuan (Unity),
Keseimbangan (Equilibrium), Kebebasan (FreeWill) dan tanggung jawab
(Responsibility).
2.2.2 Filosofi
Ajaran ini
sangat komplek yang menjadi tradisi klasik yang bersumber dari berbagai
pemikiran para fisuf – filsuf saat ini. Ajaran ini terus berkembang dari tahun
ke tahun. Di Negara barat, ajaran filosofi yang paling berkembang dimulai
ketika zaman Yunani kuno pada abad ke 7 diantaranya Socrates (470 SM – 399 SM)
Socrate percaya bahwa manusia ada untu suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar
memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan
lingkungan dan sesamanya sebagai seorang pengajar, Socrates dikenang karena
keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya. Socretes percaya bahwa
kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada dasarnya adalah
jujur, dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan yang
membebani kondisi seseorang. Pepatah yang terkenal mengatakan. : “Kenalilah
dirimu” dia yang memperkanalkan ide-ide bahwa hukum moral lebih inggi daripada
hukum manusia.
2.2.3 Pengalaman
Dan Perkembangan Budaya
Setiap
transisi budaya antara satu generasi kegenerasi berikutnya mewujudkan
nilai-nilai,aturan baru serta standar-standar yang kemudian akan diterima dalam
komunitas tersebut selanjutnya akan terwujud dalam perilaku. Artinya orang akan
selalu mencoba mendekatkan dirinya atau beradaptasi dengan
perkembangan-perkembangan nilai-nilai yang ada dalam komunitas tersebut,dimana
nilai-nilai itu tidak lain adalah budaya yang hadir karna adanya budaya
pengetahuan manusia dalam upayanya untuk menginterpentasikan lingkunganya
sehingga bisa selalu bertahan hidup.
2.2.4 Hukum
Hukum
adalah perangkat aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah dalam rangka untuk
menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Hukum menentukan
ekspektasi-ekspektasi etika yang diharapkan dalam komunitas dan mencoba
mengatur serta mendorong para perbaikan-perbaikan masalah-masalah yang
dipandang buruk atau tidak baik dalam komunitas. Sebenarnya bila kita berharap
bahwa dengan hukum dapat mengantisipasi semua tindakan pelanggaran sudah pasti
ini menjadi suatu yang mustahil. Karena biasanya hukum dibuat setelah
pelanggaran yang terjadi dalam komunitas.
Indonesia adalah Negara yang
menganut system hukum campuran dengan system hukum utama hukum Eropa
Kontinental, yang dibawa oleh Belanda ketika menjajah selama 3,5 abad lamanya.
Selain system hukum Eropa Kontinental, dengan diberlakukannya otonomi daerah,
didaerah-daerah system hukum setempat yang biasanya terkait dengan hukum adat
dan system hukum agama, khususnya hukum (syariah) islam, seperti yang berlaku
diaceh.
Pada umumnya para pebisnis
akan lebih banyak menggunakan perangkat hukum sebagai cermin etika mereka dalam
melaksanakan aktivitasnya. Karena hukum dipandang suatu perangkat yang memiliki
bentuk hukuman/punishment yang paling jelas dibandingkan sumber-sumber etika
yang lain, yang cenderung lebih pada hukuman yang sifatnya abstrak, seperti
mendapat malu, dosa dan lain-lain. Hal ini sah-sah saja, tetapi ini akan sangat
berbahaya bagi kelangsungan bisnis itu sendiri.
2.3 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Etika Manajerial
2.3.1 Pengertian
Etika Manajerial
Etika
manajerial adalah keputusan manajemen dan kegiatan organisasi yang berdasarkan
pada nilai-nilai atau standar moral yang dianggap baik dan luhur dalam
lingkungannya dan masyarakat.Perilaku etis terjadi bila manajer dan karyawan
mengikuti prinsip dan nilai-nilai yang disepakati. Manajer dapat memberikan
contoh untuk melakukan perilaku etis dengan menetapkan standar menyangkut
penggunaan sumber daya organisasi untuk kepentingan perusahaan daan bukan
kepentingan pribadi, menangani informasi secara jujur dan rahasia, tidak
menggunakan wewenang mereka untuk mempengaruhi orang lain melakukan perilaku
tidak etis, tidak membuat kebijakan yang tidak sengaja membuat karyawan
berperilaku tidak etis dengan menetapkan tujuan yang masuk akal.
2.3.2 Leadership
Kepemimpinan
yang beretika menggabungkan antara pengambilan keputusan yang beretika dan
perilaku yang beretika. Tanggung jawab utama dari seorang pemimpin adalah
membuat keputusan yang beretika dan berperilaku yang beretika pula. Ada
beberapa hal yang harus dilakukang oleh seorang pemimpin yang beretika yaitu :
1.
Mereka
berperilaku sedemikian rupa sehingga sejalan dengan tujuannya dan organisasi.
2.
Mereka berlaku
sedemikian rupa sehingga secara pribadi, dia merasa bangga akan perilakunya.
3.
Mereka
berperilaku dengan sabar dan penuh keyakinan akan keputusan yang diambilnya dan
dirinya sendiri.
4.
Mereka
berperilaku dengan teguh. Ini berarti berperilaku secara etika sepanjang waktu,
bukan hanya bila dia merasa nyaman untuk melakukannya.
5.
Seorang pemimpin
etika, menurut Blanchard dan peale, memiliki ketangguhan untuk tetap pada
tujuan dan mencapai apa yang dicita-citakannya.
6. Mereka berperilaku secara konsisten dengan apa yang
benar-benar penting. Dengan kata lain dia tetap menjaga perspektif
2.3.3 Strategi
dan Performasi
Fungsi yang
penting dari sebuah manajemen adalah untuk kreatif dalam menghadapi tingginya
tingkat persaingan yang membuat perusahaannya mencapai tujuan perusahaa
terutama dari sisi keuangan tanpa harus menodai aktivitas bisnisnya berbagai
kompromi etika. Sebuah perusahaan yang jelek akan memiliki kesulitan besar
untuk menyelaraskan target yang ingin dicapai perusahaannya dengan
standar-standar etika. Karena keseluruhan strategi perusahaan yang disebut
excellence harus bisa melaksanakan seluruh kebijakan-kebijakan perusahaan guna
mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang jujur.
2.3.4 Karakter
Individu
Perjalanan hidup suatu
perusahaan tidak lain adalah karena peran banyak individu dalam menjalankan
fungsi-fungsinya dalam perusahaan tersebut. Perilaku para individu ini tentu
akan sangat mempengaruhi pada tindakan-tindakan mereka ditempat kerja atau
dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
karakter individu Faktor –faktor tersebut yangpertama adalah pengaruh
budaya, pengaruh budaya ini adalah pengaruh nilai-nilai yang dianut dalam
keluarganya. Faktor yang kedua, perilaku ini akan dipengaruhi oleh
lingkunganya yang diciptakan di tempat kerjanya. Faktor
yang ketiga adalah berhubungan dengan lingkungan luar tempat dia
hidup berupa kondisi politik dan hukum, serta pengaruh–pengaruh perubahan
ekonomi. Kesemua faktor ini juga akan terkait dengan status individu tersebut
yang akan melekat pada diri individu tersebut yang terwujud dari tingkah
lakunya.
2.3.5 Budaya
perusahaan
Budaya
perusahaan adalah suatu kumpulan nilai-nilai, norma-norma, ritual dan pola
tingkah laku yang menjadi karakteristik suatu perusahaan. Setiap budaya
perusahaan akan memiliki dimensi etika yang didorong tidak hanya oleh
kebijakan-kebijakan formal perusahaan, tapi juga karena kebiasaan-kebiasaan
sehari-hari yang berkembang dalam organisasi perusahaan tersebut, sehingga
kemudian dipercayai sebagai suatu perilaku, yang bisa ditandai mana perilaku
yang pantas dan mana yang tidak pantas. Budaya-budaya perusahaan inilah yang
membantu terbentuknya nilai dan moral ditempat kerja, juga moral yang dipakai
untuk melayani para stakeholdernya. Aturan-aturan dalam perusahaan dapat dijadikan
yang baik. Hal ini juga sangat terkait dengan visi dan misi perusahaan.
2.4 Studi Kasus
2.4.1 Contoh Kasus Immoral Manajemen Dalam
Etika Bisnis
Hasil
penyelidikan oleh aparat hukum dan juga oleh beberapa LSM pecinta alam.
Berulang-ulangnya kebakaran hutan belakangan ini karena beberapa pelanggaran
hukum oleh para perusahaan kayu dan perkebunan kelapa sawit. Biasanya para
pelaku memiliki beberapa motif dalam menjalankan aktivitasnya.
1.
Motif pertama
adalah mendapatkan kayu secara ilegal. Beberapa perusahaan yang sengaja
membakar hutan tersebut sebenarnya adalah Perusahaan yang telah melakukan
pencurian kayu, sehingga untuk menghilangkan jejaknya mereka melakukan
penebangan hutan secara sengaja. Hal ini dibuktikan dengan melihat tunggal
pohon bekas potongan gergaji mesin.
2.
Motif kedua
adalah mempercepat pembersihan lahan. Misalnya bagi perusahaan yang memiliki
perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Tengah. Hasil temuan dari LSM Save
Our Borneo (SOB) aktifitas pembakaran ini di lakukan pada malam hari
pada blok yang baru dibuka dan berdekatan dengan hutan cara itu adalah salah
satu cara untuk menghilangkan jejak yaitu bila api menyebar kehutan, maka yang
disalahkan adalah komunitas yang melakukan pembakaran.
3. Motif ketiga adalah Agar kenaikan PH tanah. Pada lahan
Gambut biasanya PH tanah berkisar pada 3-4. Kondisi ini Komunitas perkebunan kelapa
sawit dan AKASI tidak cocok tumbuh. Dengan melakukan pembakaran, apa yang
tersisa mampu menaikkan PH, Tanah menjadi 5-6 sehingga layak untuk di Tanami.
2.4.1.1 Solusi
Para pelaku
bisnis memanfaatkan kelemahan-kelemahan dan kelengahan-kelengahan dalam
komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri mereka secara individu atau
kelompok mereka, tentu saja ini telah menyalahi etika berbisnis. Dalam
berbisnis harus memperhatikan faktor kelestarian lingkungan sekitar yang juga
dapat menopang usaha bisnis tersebut. Seharusnya pelaku bisnis sudah dapat
memperkirakan bahaya atau dampak yang akan ditimbulkan. Pelaku bisnis harus
tahu seberapa batas yang sewajarnya. Karena ulah tersebut, banyak pihak yang
dirugikan, baik makhluk hidup disekitarnya juga dampak negatif terhadap
lingkungan. Hal ini tentunya harus menjadi pembelajaran bagi kita semua,
terutama perusahaan-perusahaan besar yang ingin membuat suatu usaha atau
tindakan bagi perusahaannya agar lebih memikirkan faktor lingkungan disekitar
wilayah yang bersangkutan.
2.4.2 Contoh Kasus Amoral
Manajemen Dalam Etika Bisnis
Kasus Lapindo Brantas Inc. (LBI). Akibat kecerobohan
yang dilakukan pihak manajemen LBI, hingga saat ini semburan lumpur masih
berlangsung hingga saat ini sehingga menggenangi ruas jalan dan pemukiman
penduduk. Beberapa prosedur yang dilanggar LBI antara lain:
1.
LBI tidak
mengindahkan Surat Edaran Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
1462/20/DJP/1996, yaitu salah satu syarat pemberian Kuasa Pertambangan (KP)
eksplorasi atau eksploitasi, LBI selaku pemegang KP harus melakukan mekanisme
Pengumuman Setempat (PS) untuk melindungi kepentingan sosial rakyat setempat
dimana usaha pertambangan dilakukan.
2.
LBI tidak
mengindahkan PP Nomor 27 Tahun 1999 tentang AMDAL. LBI tidak mengindahkan Pasal
33 ayat 1, Pasal 7 ayat 1.
3.
LBI sengaja melanggar
prosedur utama sebagai standar operasional pengeboran minyak dan gas. LBI
sengaja tidak memasang selubung bor.
2.4.2.1 Solusi
Sebelum kita membuat
suatu perusahaan atau bisnis yang berjalan di bidang pertambangan, kita haru
melakukan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) terlebih dahulu.
Sehingga, dalam menjalankan sebuah bisnis yang bergerk di bidang tersebut tidak
merusak lingkungan yang ada di sekitar kita, serta tidak merugikan banyak
pihak. Kasus tersebut hingga tahun 2016 sekarang ini masih saja berkutat dan
masih menjadi pembicaraan di kalangan pemerintah. Akibat, dari kecerobohan
pihak manajemen LBI (Lapindo Brantas Inc) semburan lumpur panas saat ini masih
saja terjadi walaupun dari pihak manajemen sudah memasang pipa agar lumpur
panas tersebut tidak bertambah semburan yang dihasilkan. Penggantian kerugian
yang dijanjikan oleh Pemerintah sampai saat ini belum sepenuhnya diterima oleh
warga sekitar perusahaan tersebut. Pemerintah harus bergerak cepat agar
penggantian kerugian yang dialami oleh korban lumpur lapindo dan memulihkan
kembali lingkungan yang asri.
2.4.3 Contoh Kasus Moral Manajemen Dalam Etika Bisnis
Contoh kasus enron
& KAP Arthur Anderse. Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh
dari lima ratus perusahaan terkemuka di Amerika Serikat dan merupakan
perusahaan energi terbesar di AS jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang
hampir sebesar US $ 31.2 milyar. Dalam kasus Enron diketahui terjadinya
perilaku moral hazard (perilaku jahat) : diantaranya manipulasi laporan
keuangan dengan mencatat keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan
mengalami kerugian. Manipulasi keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar
saham tetap diminati para investor, kasus memalukan ini konon ikut melibatkan
orang dalam gedung putih, termasuk wakil presiden Amerika Serikat.
2.4.3.1 Solusi
Suatu perusahan yang
ingin perkembangannya maju siapa yang tidak mau, apa lagi para investor yang
sudah menanamkan sahamnya terhadap perusahaan yang perkembangannya maju dengan
grafik yang bagus seperti, Perusahaan Enron. Pemilik perusahaan mengupayakan
segala cara agar perusahaan yang didirikannya berkembang dengan pesat. Tetapi,
cara yang dilakukan tersebut merupakan perilaku yang tidak jujur untuk
melakukan agar perusahaan tersebut. Seharusnya, perusahaan Enron melakukan
promosi atau bekerja sama dengan perusahaan lain yang berkualitas bagus,
melakukan inovasi dan suasana baru, atau peraturan baru yang membuat para
atasan (pemilik perusahaan dan investor) dan bawahan
(karyawan) menghargai waktu dan tidak merugikan banyak pihak.
2.4.4 Contoh Kasus Agama Dalam Etika Bisnis
KASUS PELANGGARAN HAM YANG TERJADI DI MALUKU
2.4.4.1 Solusi
Menghadapi persoalan
seperti kasus diatas dapat diselesaikan dengan komunikasi yang baik yang terus
menerus dilakukan supaya konflik bisa terselesaikan sampai ke akar-akarnya.
Pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah harus cepat tanggap jangan hanya
melakukan pendekatan secara militer saja tetapi harus turun langsung ke daerah
konflik supaya mengetahui permasalahan sebenarnya ada dimana dan harus menindak
tegas para provokator yang berusaha memancing konflik. Para pemuka agama
setempat juga seharusnya duduk bersama dan saling silaturahmi agar terciptanya
suasana yang kekeluargaan antara ISLAM dan KRISTEN.
2.4.5 Contoh Kasus Leadership Dalam Etika Bisnis
Chairul Tanjung
menyatakan bahwa dalam membangun bisnis, mengembangkan jaringan adalah hal yang
penting. Selain itu memiliki rekanan yang baik sangat diperlukan. Membangun
relasi pun bukan hanya kepada perusahaan yang sudah ternama, tetapi juga pada
yang belum terkenal sekalipun. Baginya, pertemanan yang baik akan membantu
proses berkembangnya bisnis yang dikerjakan. Ketika bisnis pada kondisi
tidak bagus maka jejaring bisa diandalkan.
Dalam hal investasi, Chairul
Tanjung memiliki idealisme bahwa perusahaan lokalpun bisa menjadi perusahaan
yang bisa bersinergi dengan perusahaan-perusahaan multinasional. Ia tidak
menutup diri untuk bekerja sama dengan perusahaan multinasional dari luar
negeri.
Menurutnya modal memang penting
dalam membangun dan mengembangkan bisnis. Namun kemauan dan kerja keras,
merupakan hal paling pokok yang harus dimiliki seseorang yang ingin sukses.
Baginya mendapatkan mitra kerja yang handal adalah segalanya. Dimana membangun
kepercayaan sama halnya dengan membangun integritas.
Dalam bisnis, Chairul menyatakan
bahwa generasi muda sudah seharusnya sabar, dan mau menapaki tangga usaha satu
persatu. Menurutnya membangun sebuah bisnis tidak seperti membalikkan telapak
tangan. Dibutuhkan sebuah kesabaran, dan tak pernah menyerah. Jangan sampai
banyak yang mengambil jalan seketika, karena dalam dunia usaha kesabaran adalah
salah satu kunci utama dalam mencuri hati pasar.
2.4.5.1 Solusi
Chairul Tanjung
adalah seorang pengusaha sukses yang ada di Indonesia. Cahairul Tanjung juga
biasa kita sebut dengan anak singkong. Sikap kepemimpinannya (Leadership) yang
membuat perusahaan yang iya bangun dari nol hingga sebesar ini berkembang
dengan maju. Dilandasi rasa kepemimpinan dan tanggungjawab patut dicontoh oleh
para pengusaha di Indonesia. Karakter seseorang yang pekerja keras, kejujuran,
bertanggungjawab, serta kepemimpinanlah yang bisa membangun bisnis dengan
sukses dan kemauan yang keras, rancangan ide yang selalu baru, dan inovasi baru
yang akan diberikan kepada investor agar tetap bertahan dan mau bekerja sama
dengan perusahaan atau bisnis.
DAFTAR
PUSTAKA
Arijanto, Agus., Etika Bisnis bagi Pelaku Bisnis,
Edisi ketiga, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011.
disertasi Js. Drs. Ongky Setio Kuncono, MM, MBA,
Pengaruh Etika Confucius Terhadap Kewirausahaan, Kemampuan Usaha dan Kinerja
Usaha Pedagang Eceran Etnis Tionghoa di Surabaya.
Carroll dan Buchollz (2005) dalam Rudito (2007:49)
Sumber Internet :
Komentar
Posting Komentar